Selasa, 29 Oktober 2013

Kepribadian Petugas Pelayanan Perpustakaan

 BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Dalam dunia pekerjaan pelayanan yang diberikan seorang petugas sangatlah penting dalam mendukung berjalannnya pelayanan yang optimal terhadap pelanggan/konsumen, tidak terkecuali dalam pelayanan suatu perpustakaan. Maka dari itu petugas perpustakaan dituntut dalam bekerja secara optimal dalam melayani pemakai perpustakaan/pemustaka.
Dalam pelayanan, kepribadian petugas sangat berperan penting dalam pelayanan, jika kepribadian petugasnya baik, maka ini dapat menjadi faktor utama sebagai pendukung pelayanan yang baik dan prima, sehingga para pemustaka akan merasa senang dan puas terhadap pelayanan petugas yang optimal tersebut.
Maka dari itu, dalam penulisan makalah ini, akan dibahas masalah faktor-faktor pendukung kepribadian petugas pelayanan perpustakaan, ditujukan agar pembaca akan memahami bagaimana cara agar kepribadian petugas pelayanan perpustakaan terbentuk dengan baik untuk mencapai pelayanan yang optimal terhadap pemakai di suatu perpustakaan.









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Kepribadian Petugas Pelayanan
Heldebrand (1988:25) mendefinisikan kepribadian sebagai gabungan kualitas, kebiasaan, dan reaksi yang terbentuk atas dasar kesadaran kita. Kepribadian dikenal sebagai sesuatu yang baik atau tidak baik dalam hal kelazimannya dan direspons secara positif atau negatif oleh mereka yang melakukan kontak dengan kita. Sementara itu, Hamalik (1993:34) mengatakan bahwa kepribadian adalah suatu sistem semua tingkah laku seseorang yang unik, terintegrasi, dan terorganisasi.
Pengertian kepribadian Menurut Allport (seorang ahli Psikologi), kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik yang unik (khas) pada diri individu yang turut menentukan cara-cara penyesuaian diirinya dengan lingkungan.[1]
Kepribadian adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan kesatuan fungsional yang khas pada seseorang.
Kepribadian adalah penampilan dan tingkah laku (cara bicara, cara berjalan, dll) yang menggambarkan perilaku (pengetahuan, sikap, dan ketrampilan, beauty and behavior) seseorang yang dapat diamati secara langsung maupun tak langsung, yang dapat diamati secara langsung maupun tak langsung, yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur kualitas diri yang bersangkutan.[2]
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kepribadian merupakan bawaan dari setiap individu sejak lahir (kejiwaan, dan fisik), dan kepribadian dapat berubah seiring pertumbuhan seseorang. Dimana seseorang tersebut dalam perjalanan hidupnya akan menerima rangsangan baik dari luar maupun dari dalam, dan orang tersebut akan menanggapi rangsang itu dan kemungkinan akan berpengaruh pada sikapnya.
Kepribadian memiliki beberapa unsur antara lain :
  1. Penampilan
Penampilan menyangkut raut muka, cara berdiri, cara berjalan, dan keluar masuk ruang. Penampilan akan memberikan kesan pertama terhadap orang lain yang memandang atau memperhatikan.
2.      Hubungan antar pribadi
Hubungan antar pribadi menyangkut sikap dan atau perilaku saat berkomunikasi, baik komunikasi langsung maupun tidak langsung.
3.      Etika pergaulan
Dapat diartikan sebagai tata pergaulan atau aturan-aturan yang berkaitan dengan norma perilaku disekitarnya, yang membuat disukai atau tidak disukai oleh lingkungan sekitarnya.
Perkembangan kemampuan dalam melayani seseorang di dalam dunia pelayanan jasa tidak tumbuh begitu saja, tetapi melalui sebuah proses yang diupayakan. Dunia pelayanan bukan dunia hamba sahaya, melainkan dunia tempat seseorang bekerja secara profesional dalam melayani manusia lainnya sesuai dengan bidang kerjanya. Akan tetapi, bagaimana ia dapat mewujudkan segala potensi yang ada dalam dirinya menjadi kenyataaan, tergantung pada sikap dan kepribadiaannya.
1.      Terbentuknya kepribadian
Beberapa ahli dalam bidang psikologi memberikan beberapa pandangan tentang terbentuknya kepribadian manusia. Berikut dibawah ini, beberapa teori tersebut:
a.       Teori nature
Teori ini menganggap bahwa kepribadian manusia yang terbentuk adalah hasil bawaan sejak ia dilahirkan, yang disebut sebagai kepribadian yang hadir secara alami dan tergantung pada potensi yang dimiliki.
b.      Teori nurture
Teori ini menganggap bahwa kepribadian manusia terbentuk oleh lingkungannya; dalam arti, titik berat perkembangan pribadi manusia terletak pada seberapa besar lingkungan mempengaruhinya.[3]
c.       Teori konvergensi
W. Stern menyatakan bahwa kepribadian manusia terletak sebagai interaksi antara nature dan nurture, yakni interaksi antara potensi yang dimilikinya dan seberapa jauh lingkungan mempengaruhi perwujudan potensi tersebut.
Dari ketiga teori tersebut, teori konvergensi merupakan pandangan yang sesuai dengan pembentukan pribadi manusia pada umumnya. Potensi yang ada dan dimiliki oleh setiap orang harus dapat dikembangkan secara maksimal. Dalam dunia pelayanan, petugas harus mengembangkan kepribadiannya secara optimal agar mereka dapat mempengaruhi orang lain untuk memakai jasa mereka tanpa proses pemaksaan karena adanya kesadaran diri disertai dengan pengertian dari petugas yang baik. Penyampaian informasi atau pengertian dengan baik dan benar tidak akan muncul jika petugas yang bersangkutan tidak memiliki kepribadian yang menonjol.[4]
A.    Proses Pembentukan Kepribadian :
1.      Aliran Konvergensi, kepribadian merupakan hasil perpaduan antara pembawaan (faktor internal) dengan pengalaman (faktor eksternal).
2.      Aliran nativisme, kepribadian ditentukan oleh faktor pembawaan.
3.      Aliran empirisme (tabularasa), kepribadian ditentukan oleh pengalaman dan lingkungannya.
B.     Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan kepribadian
Ada 4 faktor Pembetuk kepribadian:
1.      Warisan Biologis(Keturunan)
Sifat-sifat biologis manusia yang bersifat warisan memberikan andil yang cukup besar pada tahap pertama perkembangan kepribadian seseorang,misalnya jenis kelamin,ukuran tubuh,kekuatan jasmani dan kecintaan.
2.      Lingkungan Alam(Geografis)
Faktor ligkungan alam turut menentukan corak kepribadian seseorang karena lingkungan tersebut menentukan tingkat kebutuhan pokok dan mempertahankan hidup.
3.      Lingkungan Kebudayaan
Untuk dapat hidup dan bergaul dengan baik ,dalam suatu kebudayaan tertentu semua masyarakat mengembangkan tipe kepribadian tertentu yang selaras dengan kebudayaan mereka.
Faktor lingkungan cultural (kebudayaan masyarakat ) berupa:
a.        Cara hidup yang berbeda antar desa
b.       Kebudayaan khusus kedaerahan atau etnis
c.        Kebudayaan khusus antar sosial
d.       Kebudayaan khusus karena perbedaan agama
e.       Pekerjaan atau keahlian
f.        Pengalam kelompok
g.      Pengalaman unik
4.      Lingkungan Sosial
Nilai, norma dan kepercayaan yang ada dalam auatu kelompok juga menentukan terbentuknya kepribadian. Tanpa adanya pengalaman dari kelompok ini kepribadian tidak akan berkembang.[5]
White & Beckley (1973:6) menyatakan bahwa kepribadian atau personality dapat diungkapkan melalui akronim P-E-R-S-O-N-A-L-I-T-Y, yang masing-masing huruf mempunyai makna tertentu.
P          Pleasantness
            Good manners and a smile are natural assets.
Seorang petugas yang bekerja di industri jasa pelayanan diharapkan mampu menyenangkan orang lain melalui kesopan-santunan yang baik dan selalu tersenyum kepada pelanggan/pemakai. Hal ini merupakan aset yang tidak ada habisnya bagi perpustakaan yang bersangkutan.
E          Eagerness to help other, with a likingh for people and willingness to serve them.
                        Adanya keinginan yang kuat dari dalam diri untuk membantu dan meyukai orang lain. Bergaul dan rela melayani orang yang berkepentingan dengan pekerjaan kita merupakan salah satu unsur kepribadian dari dalam diri kita. Kita harus bangga dengan pekerjaan kita dan upaya memberikan pelayanan yang memuaskan dapat membahagiakan diri kita sehingga perasaan tersebut secara otomatis mempengaruhi orang lain.
R         Resfect for other people. Courtesy costs nothing.
                        Dalam jasa pelayanan, menghormati dan menghargai orang lain sangatlah penting, terutama karena orang lain tersebut adalah pemakai perpustakaan kita. Bersopan santun dan bersikap ramah pada pemakai perpustakaan tidak membutuhkan biaya sepersen pun. Jika para petugas perpustakaan menghormati mereka secara wajar, mereka akan lebih menghargai kita dan akan memberikan respons atas apa saja yang sedang kita lakukan untuk mereka.
S          Sense of responsibility is a realisation that what one does and says is important.
                        Rasa tanggung jawab yang besar adalah sebuah realiasasi bahwa apa yang kita lakukan untuk pemakai perpustakaan adalah penting. Jangan sampai perbuatan dan perkataan kita membawa pemakai perpustakaan tidak yakin dengan produk/jasa perpustakaan kita.
O         Orderly mind is essential for methodical and accurate work.
                        Kita harus memiliki jalan pikiran yang teratur dan terorganisasi untuk melakukan pekerjaan dengan metode yang baik dan dengan tingkat ketepatan yang tinggi.
N         Netness indicates pride in self and job.
Kerapian merupakan suatu bukti bahwa kita bangga dengan diri dan dengan pekerjaan kita. Dengan berpikir positif seperti ini, penampilan kita akan tampak ‘bercahaya’.
                        A         Accuracy in everything done is of paramount importance.
Keakuratan/ketepatan/ketelitian dalam setiap hal yang kita kerjakan adalah nilai yang sangat penting. Jika kita bekerja secara tepat, cepat, aman serta ramah pada tamu, dalam hal ini pemakai perpustakaan, balasan yang akan kita terima adalah kepuasan dalam bekerja.
                        L          Loyalty to both management and collegues make good team work.
Bersikap setia kepada manajemen dan rekan kerja merupakan kunci sukses keberhasilan dari kerja sama tim.[6]
                        I           Intelligent use of common sense at all times.
Kita harus senantiasa menggunakan akal sehat dalam memahami orang lain karena penggunaan akal sehat tersebut akan mengasah perasaaan dan intuisi kita terhadap apa yang tersirat dalam benak pemakai perpustakaan pada saat kita berinteraksi dengan mereka.[7]
                        T          Tact saying and doing the right thing at the right time.
Berbicara secara bijaksana dan melakukan segala sesuatu secara benar pada saat yang tepat merupakan ciri kepribadian yang kuat.
                        Y         Yearning to be good service clerk and love of the work is essential.
Adanya keinginan yang kuat dalam diri kita untuk menjadi petugas pelayanan yang baik serta mencintai pekerjaan tersebut.
Jadi, seorang pustakawan harus mampu membangun komunikasi yang baik dengan pihak manajemen, sesama petugas, dan terlebih mampu membangun komunikasi yang baik dengan pelanggan. Karena pelayanan yang prima akan mendatangkan rasa puas baik bagi pustaka sendiri maupun bagi para pelanggan (user).
2.      Konsep kepribadian
Konsep pengembangan pribadi perlu dijalankan oleh siapa saja yang bekerja di pusat-pusat pelayanan informasi untuk membentuk pribadi yang unggul. Konsep pengembanagan pribadi diperkenalkan oleh John Robert Power. Melalui konsep POWER dikembangkan kombinasi nature dan nurture yang tepat.
Tujuannya adalah agar kita dapat menggali potensi-potensi yang ada dalam diri kita secara optimal dan memberikan patokan dasar yang bisa kita gunakan untuk mengembangkan diri lebih jauh serta untuk mempelajari sikap-sikap positif guna mendukung pelaksanaan peran kita sebagai individu dan makhluk sosial. Untuk mencapai pengembangan diri yang optimal, kita memerlukan unsur-unsur pendukung sebagai berikut:
a.       Upaya pengenalan diri,
b.      Pemerolehan umpan balik,
c.       Upaya pembentukan sikap,
d.      Pengembangan kepribadian yang kuat, dan
e.       Komunikasi yang efektif.
Selanjutnya, konsep POWER mengatakan bahwa pribadi sosial yang matang, antara lain dapat bersikap sebagai berikut:
P          Possitive attitudes
Replacing negative attitudes with possitive onesI ‘mengubah suatu sikap negatif menjadi positif’.[8]
O         Other people
Increasing your understanding of other people’s attitudes and the ways in which they can be favorably influenced ‘meningkatkan pengertian mengenai sikap orang lain dan cara-cara mempengaruhi mereka tanpa merugikan mereka’.
                        W        Words
Sharpening your ability to communicate accurately and dramatically ‘pertajam kemampuan Anda untuk berkomunikasi dengan tepat dan dramatis sehingga orang lain tertarik untuk berinteraksi lebih jauh dengan Anda. Utarakan pendapat Anda dengan bahasa dan mudah dimengerti oleh orang lain’.
E         Expanding your interest in other people and things about you    ‘perluas ketertarikan Anda pada orang lain dan segala sesuatu tentang diri Anda karena hal tersebut akan menambah wawasan dan pola pikir kita’.
R         Realize
As a result of the above, realize more of  your personal goals ’menyadari maksud dan tujuan kita bekerja, yakni memberikan kepuasan pelayanan kepada pemakai perpustakaan, Anda dapat mencapai tujuan akhir Anda untuk mendapatkan kepuasan kerja dan peningkatan kemampuan atau jenjang karier.[9]
Demikianlah, jika dapat bersikap POWER, konsep diri dapat terwujud dalam diri Anda. Namun, yang harus dipahami adalah bahwa pengenalan diri tidak datang begitu saja, tetapi melalui tahapan atau proses.
Ingham & luth dalam teori Johari Window-nya menyatakan bahwa manusia memiliki empat daerah pengenalan diri, yaitu sebagai berikut:           
1)      Daerah terbuka
Daerah ini mencakup hal-hal yang kita ketahui tentang diri kita dan yang diketahui oleh orang lain.
2)      Daerah tersembunyi
Daerah ini mencakup hal-hal yang kita ketahui tentang diri kita, tetapi hal tersebut tidak diketahui oleh orang lain.
3)      Daerah buta
Daerah ini merupakan daerah yang mencakup hal-hal tentang diri kita yang tidak kita ketahui, tetapi diketahui oleh orang lain.
4)      Daerah gelap
Daerah ini mencakup hal-hal tentang diri kita yang tidak kita ketahui dan tidak diketahui oleh orang lain.[10]
3.      Karakteristik kepribadian
Kepribadian selalu berkembang dan mengalami perubahan. Ciri perkembangan kepribadian manusia yang berperan sebagai kunci dalam manajemen pelayanan adalah sebagai berikut:
a.       Kepribadian berkembang terus menerus sepanjang kehidupan organisasi manusia. Semua pengalaman yang telah diperoleh sebelumnya diakumulasikan dan diintegrasikan ke dalam keseluruhan kepribadian seseorang.
Pada dasarnya hal-hal yang telah dialami sebelumnya menjadi tahapan bagi pengalaman baru dan dibentuk menjadi pola tingkah laku yang dipelajari. Dengan demikian, seseorang dalam sepanjang hidupnya akan memperoleh pengalaman-pengalaman baru yang memperkaya dan lebih memantapkan kepribadiannya.
b.      Tiap individu memiliki pola kepribadian masing-masing yang bersifat unik dan berbeda dengan lainnya.
c.       Kepribadian individu tidak pernah menetap ( statis ), tetapi selalu bergerak ( dinamis) berubah dan berkembang. Dinamika pribadi dapat disebabkan oleh unsur-unsur internal pribadi itu sendiri atau oleh pengaruh faktor-faktor di luarnya, misalnya pengaruh lingkungan, sosio-kultural, dan hubungan antarpribadi. Adaptasi dan penyesuaian dengan lingkungan dapat membuat kepribadian individu menjadi lebih mantap dan mapan; atau sebaliknya, adaptasi tersebut justru mengganggu individu tersebut dan menimbulkan masalah.
Tingkah laku manusia memiliki dua aspek yang saling berinteraksi, yaitu:
(1)   Aspek objektif yang bersifat struktural (aspek jasmaniah dari tingkah laku tersebut), dan
(2)   Aspek subjektif yang bersifat fungsional (aspek rohaniah dari tingkah laku tersebut).
Gangguan pada salah satu aspek akan mengganggu aspek lainnya. Sebaliknya, suatu aspek yang berada dalam kondisi baik akan mempengaruhi kondisi aspek lainnya menjadi baik pula.[11]
Dalam pelayanan perpustakaan, petugas perpustakaan sangat berperan penting untuk meningkatkan pelayanan bagi para pemustaka (pemakai perpustakaan). Maka dari itu untuk lebih meefektifkan pelayanan perpustakaan, petugas harus bisa menjaga beberapa hal penting, seperti yang akan dibahas berikut ini:
1)      Penampilan diri dalam bekerja
Menurut Maltz (1996:3), citra diri adalah konsepsi Anda sendiri mengenai orang seperti apa diri Anda. Penampilan adalah bentuk citra diri yang terpancar dari diri seseorang dan merupakan sarana komunikasi antara kita dengan orang lain. Berpenampilan menarik adalah salah satu kunci sukses dalam bekerja, terutama pekerjaan yang berhubungan dengan orang lain. Orang lain akan merasa nyaman, betah dan senang jika penampilan diri kita enak dipandang. Kesehatan tubuh sangat mempengaruhi penampilan kita dalam bekerja.
Jennifer Schoon (1996:29) mengatakan bahwa penampilan secara keseluruhan (total look) menentukan menarik tidaknya seseorang. Pada era 1990-an, konsep kecantikan dan ketampanan mengacu pada satu kata penting, yaitu energi. Energi inilah yang jauh lebih penting daripada sekedar canti dan tampan secara alamiah. Jika dapat mewujudkan energi ini dalam kehidupan sehari-hari, kita akan tampak lebih hidup dan menarik dan hasil kerja kita juga akan lebih baik. Banyak persyaratan yang dapat membuat kita tampil sempurna di hadapan pemakai perpustakaan, antara lain sebagai berikut:
1)      Faktor kesehatan tubuh,
2)      Perawatan anggota tubuh,
3)      Busana kerja dan aksesori.[12]
Penampilan diri petugas perpustakaan, meliputi bagian luar dan dalam, bagian luar antara lain: pakaian, karakter penampilan, perwatakan wajah, komunikasi, serta           ‘Body Langguage’. Bagian dalam antara lain: nilai pribadi, mengutamakan penggunna/pemustaka, nilai kepimpinan, nilai profesionalisme, nilai       produktiviti/kualaiti, serta nilai keagamaan.
Penampilan seseorang sangat mempengaruhi penilaian orang lain terhadap orang tersebut sebelum berinteraksi lebih jauh. Berpenampilan yang baik dan bersehaja bagi seseorang pustakawan akan mempengaruhi tingkat perhatian dan antusias pengguna perpustakaan untuk memanfaatkan perpustakaan. Keuntungan berpenampilan baik, diantaranya: lebih profesional, lebih percaya diri, menanamkan keyakinan dan kepercayaan terdahap orang lain.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penampilan petugas pelayanan perpustakaan, seperti berikut ini:
a.       Kebersihan diri
b.      Tata rias rambut
c.       Tata rias wajah
d.      Tata rias busana dan perlengkapannya
a)      Kebersihan diri, meliputi:
·         Kuku: bersih, tidak panjang, dan sehat.
·         Bau badan: jaga kebersihan badan dengan baik agar tidak menimbulkan bau yang kurang enak.
·         Bau mulut: sikat gigi dan kumur-kumur setiap habis makan.
·         Kaos kaki pria dan wanita:
-          Hindari kaos kaki yang sudah sobek
-          Hindari pemakaian kaos kaki yang karetnya sudah kendur
·         Sepatu disemir dan dijaga kebersihannya
·         Baju
-          Perhatikan kebersihan krah dan pergelangan tangan
-          Hindari pemakaian baju yang sudah berbau keringat
·         Jagalah kebersihan rambut bagi pria
·         Jilbab: bersih rapi dan tidak bau
·         Perhiasan: gunakan perhiasan seperlunya dengan bentuk sederhana dan serasi.
b)      Tata rias rambut, meliputi:
·         Tatanan rambut harus tersisir rapi
·         Model rambut tidak menutupi wajah atau kening
c)      Tata rias wajah, meliputi:
·         Wanita: riasan natural/tidak menyolok
·         Pria: wajah bersih dan segar, kumis terpelihara rapi, panjang kumis sebaiknya tidak melebihi tepi bibir bagian atas, dan juga sebaiknya tidak memelihara janggut dan jambang
d)     Tata rias busana dan perlengkapannya,meliputi:
·         Busana wanita:
-          Warna-warna netral atau arah gelap
-          Hindari warna-warna menyolok/menyilaukan mata
-          Model formil/ semi formil lengan panjang
-          Rok/celana panjang terbuat dari bahan bukan jeans atau kaos
-          Jilbab yang sopan tidak transparan
·         Busana pria:
-          Polos warna lembut atau putih (hindari warna-warna menyala)
-          Bermotif (garis-garis, kotak-kotak, batik dan lain-lain)
-          Kemeja lengan panjang atau pendek
-          Celana panjang dan diserasikan dengan kemeja[13]
2)      Komunikasi efektif
Pemakai perpustakaan adalah orang-orang yang datang kepada kita (para petugas) dengan maksud, tujuan, dan harapan tertentu serta ingin memperoleh apa yang diinginkan dengan cara yang menyenangkan. Oleh karena itu, para petugas bidang pelayanan diharapkan menguasai teknik komunikasi yang sederhana, tetapi efektif, yang akan menimbulkan saling pengertian dan saling menguntungkan (simbiosis mutualisme) antara kedua belah pihak. Berikut beberapa definisi komunikasi yang dikemukakan oleh para ahli.[14]
a.       Komaruddin (1994:138) menyatakan bahwa komunikasi adalah penyampaian pikiran, informasi, peraturan, atau instruksi dengan suatu cara tertentu hingga si penerima mengerti sepenuhnya.
b.      Robbins (1993:325) menyatakan bahwa communication is the transference and understanding of meaning ‘ komunikasi adalah pemindahan dan pengertian suatu maksud’.
c.       Murphy (1957:5) mengatakan bahwa communication is the whole process used in reaching other minds ‘ komunikasi adalah keseluruhan proses yang diperlukan untuk mencapai pikiran-pikiran orang lain’.
d.      Harwood (1953:74) menyatakan bahwa communication is more technically defined as a process for conduction the memories ‘ secara teknis komunikasi didefinisikan sebagai proses pemindahan ingatan-ingatan.
Dari beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses pemindahan/penyampaian warta/berita/informasi yang mengandung arti dari satu pihak (seseorang atau tempat) kepada pihak lain dalam upaya mencapai saling pengertian. Definisi ini memberikan pengertian yang sangat luas karena tidak hanya menitikberatkan pada aspek manusianya. Dalam berkomunikasi yang saling penting adalah terjadinya hubungan yang serasi dan selaras serta harmonis, disertai saling pengertian.
Banyak teori dipaparkan mengenai definisi komunikasi, tetapi yang penting adalah bagaimana mempraktikkannya dalam pekerjaan sehari-hari. Dalam berkomunikasi dengan orang lain sebaiknya kita mulai belajar mengenai mood orang yang kita ajak berkomunikasi. Selain itu, kita juga perlu memiliki keahlian berkomunikasi, bersikap jujur, tidak pandang bulu, mau mendengar orang lain, tidak hanya membicarakan diri sendiri, dan mau mengakui kekurangan diri sendiri. Kunci komunikasi efektif adalah mencoba mengerti dan melakukan tindakan untuk memuaskan keinginan pemakai perpustakaan. Dengan demikian, Anda akan menambah jumlah pemakai perpustakaan.












BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kepribadian merupakan bawaan dari setiap individu sejak lahir (kejiwaan, dan fisik), dan kepribadian dapat berubah seiring pertumbuhan seseorang. Dimana seseorang tersebut dalam perjalanan hidupnya akan menerima rangsangan baik dari luar maupun dari dalam, dan orang tersebut akan menanggapi rangsang itu dan kemungkinan akan berpengaruh pada sikapnya. Kepribadian memiliki beberapa unsur antara lain : Penampilan, Hubungan antar pribadi,  dan Etika pergaulan.
Didalam kepribadian petugas pelayanan perpustakaan terdapat beberapa faktor pendukungnya, antara lain:
1.      Terbentuknya kepribadian
2.      Konsep kepribadian
3.      Karakteristik kepribadian
Tujuannya penulisan makalah ini yaitu dapat mendukung petugas pelayanan perpustakaan dengan optimal, terutama dalam masalah kepribadian petugas pelayanan perpustakaan tersebut.














DAFTAR PUSTAKA
Juairiah,  Psikologi Pemakai (Psikologi Pengguna Perpustakaan)

Abdulllah, Amin, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan  Informasi.Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2003.









































                                       












           








































[3] Abdulllah, Amin, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan  Informasi. (Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2003), hal. 242
[4] Ibid, hal. 243
[6] Ibid, hal. 244
[7] Ibid, hal. 244-245
[8] Ibid, hal. 245
[9] Ibid, hal. 246
[10] Ibid, hal. 247
[11] Ibid, hal.247-248
[12] Ibid, hal. 248
[13] Juairiah,  Psikologi Pemakai (Psikologi Pengguna Perpustakaan).hal.27-32
[14] Abdulllah, Amin, Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan  Informasi. (Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga, 2003), hal. 248

Tidak ada komentar:

Posting Komentar