BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Belajar adalah suatu proses
perubahan perilaku yang muncul karena pengalaman.,Belajar bukan hanya mengingat
akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami, hasil belajar bukan
suatu penguasaan hasil latihan melainkan perubahan kelakuan, kegiatan belajar
dapat dihayati (dialami ) oleh orang yang sedang belajar dan juga dapat diamati
oleh orang lain.
Pembelajaran adalah suatu sistem
yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa
yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung
terjadinya proses belajar siswa.
Untuk menciptakan dan menghasilkan
kegiatan belajar dan pembelajaran yang berprestatif dan menyenangkan, perlu
diketahui berbagai landasan yakni prinsip-prinsip maupun teori belajar.
Prinsip belajar adalah landasan
berpikir,landasan berpijak, dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar
dapat berjalan dengan baik antara pendidik dengan peserta didik.
Prinsip ini dijadikan sebagai dasar
dalam upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru dalam upaya
mencapai hasil yang diinginkan.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan
rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana prinsip –prinsip belajar dan menurut para ahli psikologi?
2. Bagaimana prinsip – prinsip pembelajaran?
3. Bagaimana implikasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi siswa dan guru ?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Prinsip –prinsip belajar menurut para ahli psikologi;
2. Prinsip – prinsip umum pembelajaran;
3. Implikasi prinsip-prinsip pembelajaran bagi siswa dan guru.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PRINSIP
Sesuatu
yang dipegang sebagai panutan yang utama (Badudu&Zein, 2001:1089)
Sesuatu
yang menjadi dasar dari pokok berpikir, berpijak dsb (Syah Djanilus, 1993)
Sesuatu
kebenaran yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya (Dardiri, 1996)
B.
PENGERTIAN BELAJAR
(Walra, rochmat, 1999:24) : Belajar ialah Suatu aktifitas
atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi
yang bersifat permanen
Moh. Surya (1997) : “belajar diartikan sebagai suatu proses yang
dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara
keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya”.
Witherington (1952) : “belajar merupakan perubahan
dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai pola-pola respons yang baru
berbentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan”.
Gage & Berliner : “belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang
muncul karena pengalaman”.
Wingkel, 1987 : “belajar adalah suatu aktifitas
mental & psikis dalam berinteraksi dengan lingkungan yang menghasilkan
perubahan perilaku pada diri sendiri.”Belajar adalah suatu proses/usaha sadar
yang dilakukan olehindividu untuk menghasilkan perubahan tingkah laku baik
dalam aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap dan nilai) maupun psikomotor
(keterampilan) sebagai hasil interaksinya dengan lingkungan untuk mencapai
tujuan tertentu.
C.
PENGERTIAN PRINSIP BELAJAR
Prinsip Belajar Menurut Gestalt
: Adalah
suatu transfer belajar antara pendidik dan peserta didik sehingga mengalami
perkembangan dari proses interaksi belajar mengajar yang dilakukan secara terus
menerus dan diharapkan peserta didik akan mampu menghadapi permasalahan dengan
sendirinya melalui teori-teori dan pengalaman-pengalaman yang sudah diterimanya.
Prinsip Belajar Menurut Robert H Davies
: Suatu
komunikasi terbuka antara pendidik dengan peserta didik sehingga siswa
termotivasi belajar yang bermanfaat bagi dirinya melalui contoh-contoh dan
kegiatan praktek yang diberikan pendidik lewat metode yang menyenangkan siswa.
Berdasarkan Pendapat para Ahli, disimpulkan bahwa :
Prinsip Belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak,
dan sumber motivasi agar Proses Belajar dan Pembelajaran dapat berjalan dengan
baik antara pendidik dengan peserta didik
D.
PRINSIP-PRINSIP BELAJAR YANG TERKAIT
DENGAN PROSES BELAJAR
Banyak teori dan prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan
oleh para ahli yang satu dengan yang lain memiliki persamaan dan perbedaan.
Dari berbagai prinsip belajar tersebut terdapat beberapa prinsip yang relatif
berlaku umum yang dapat kita pakai sebagai dasar dalam upaya pembelajaran, baik
bagi siswa yang perlu meningkatkan upaya belajarnya maupun bagi guru dalam
apaya meningkatkan mengajarnya.
Prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B.
(1961) adalah :
1.
Prinsip
Kesiapan (Readinees)
Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Yang dimaksud
dengan kesiapan siswa ialah kondisi yang memungkinkan ia dapat belajar.
2. Prinsip Motivasi (Motivation)
Tujuan dalam belajar diperlukan
untuk suatu proses yang terarah. Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar
untuk memprakarsai kegiatan, mengatur arah kegiatan itu dan memelihara
kesungguhan.
3. Prinsip Persepsi
Seseorang cenderung untuk percaya
sesuai dengan bagaiman ia memahami situasi. Persepsi adalah interpertasi
tentang situasi yang hidup. Setiap individu melihat dunia dengan caranya
sendiri yang berbeda dari yang lain. Persepsi ini mempengaruhi perilaku
individu.
4. Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam
pikiran dan diterima oleh para pelajar pada saat proses terjadi. Tujuan
ialah sasaran khusus yang hendak dicapai oleh seseorang.
5. Prinsip Perbedaan Individual
Proses pengajaran semestinya
memperhatikan perbedaan individual dalamkelas dapat memberi kemudahan
pencapaian tujuan belajar setinggi-tingginya. Pengajaran yang hanya
memperhatikan satu tingkat sasaran akan gagalmemenuhi kebutuhan seluruh siswa
6. Prinsip Transfer dan Retensi
Belajar dianggap bermanfaat bila
seseorang dapat menyimpan dan menerapkan hasil belajar dalam situasi baru.
Apapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya akan digunakan dalam
situasi yang lain.Proses tersebut dikenal sebagai proses transfer. Kemampuan
sesesorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut retensi.
7. Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif melibatkan proses
pengenalan dan penemuan. Belajar kognitif mencakup asosiasi antar
unsur, pembentukan konsep, penemuan masalah dan keterampilan
memecahkan masalah yang selanjutnya membentuk perilaku baru,
berpikir, bernalar, menilai dan berimajinasi.
8. Prinsip Belajar Afektif
Proses belajar afektif seseorang
menemukan bagaimana ia menghubungkan dirinya dengan pengalaman baru.
Belajar afektif mencakup nilai emosi,dorongan, minat dan sikap.
9. Prinsip Belajar Evaluasi
Jenis cakupan validitas evaluasi
dapat mempengaruhi proses belajar saatini dan selanjutnya pelaksanaan latihan
evaluasi memungkinkan bagiindividu untuk menguji kemajuan dalam pencapaian
tujuan.
10. Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu
menentukan bagaimana ia mampu mengendalikan aktivitas ragawinya.
Belajar psikomotor mengandung aspekmental dan fisik.
Prinsip – Prinsip Belajar Menurut Rochman Nata Wijaya dkk
yaitu :
1) Prinsip
efek kepuasan ( law of effect )
Jika
sebuah respon menghasilkan efek jembatan yang memuaskan, maka hubungan
Stimulus-Respon akan semakin kuat. Sebaliknya, semakin tidak memuaskan efek
yang dicapai respon, maka semakin lemah pula hubungan yang terjadi antara
Stimulus-Respon.
2) Prinsip pengulangan ( law of exercise )
Bahwa
hubungan antara stimulus dengan respons akan semakin bertambah erat, jika
sering dilatih dan akan semakin berkurang apabila jarang atau tidak pernah
dilatih.
3) Prinsip
kesiapan ( law of readiness )
Bahwa
kesiapan mengacu pada asumsi bahwa kepuasan organisme itu berasal dari
pendayagunaan suatu pengantar (conduction unit) dimana unit-unit ini
menimbulkan kecenderungan yang mendorong organisme untuk berbuat atu tidak
berbuat sesuatu.
4) Prinsip
kesan pertama ( law of primacy )
Prinsip yang harus dipunyai pendidik untuk menarik perhatian
peserta didik.
5) Prinsip makna yang dalam ( law of intensity )
Bahwa
makna yang dalam akan menunjang dalam proses pembelajaran. Makin jelas makna
hubungan suatu pembelajaran maka akan semakin efektif sesuatu yang dipelajari.
6) Prinsip
bahan baru ( law of recentcy )
Bahwa
dalam suatu pembelajaran diperlukan bahan baru untuk menambah wawasan atau
pengalaman suatu peserta didik.
7) Prinsip gabungan ( perluasan dari prinsip efek
kepuasan dan prinsip pengulangan )
Bahwa
hubungan antara Stimulus-Respon akan semakin kuat dan bertambah erat jika
sering dilatih dan akan semakin lemah dan berkurang jika jarang atau tidak
pernah dilatih.
Secara Umum, Prinsip-prinsip belajar berkaitan dengan :
1.
Perhatian Dan Motivasi
Perhatian mempunyai peranan yang penting dalam kegiatan
belajar. Dari kajian teori belajar pengolahan informasi terungkap bahwa tanpa
adanya perhatian tak mungkin terjadi belajar (Gage n Berliner, 1984: 335 ).
Perhatian terhadap belajar akan timbul pada siswa apabila bahan pelajaran
sesuai dengan kebutuhannya.
Apabila bahan pelajaran itu dirasakan sebagai sesuatu yang
dibutuhkan, diperlukan untuk belajar lebih Ianjut atau diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, akan membangkitkan motivasi untuk mempelajarinya.
Apabila perhatian alami ini tidak ada maka siswa perlu dibangkitkan
perhatiannya.
Di samping perhatian, motivasi mempunyai peranan yang sangat
penting dalam kegiatan belajar. Motivasi adalah tenaga yang menggerakkan dan
mengarahkan aktivitas seseorang. Motivasi dapat dibandingkan dengan mesin dan
kemudi pada mobil (gage dan Berliner, 1984 : 372).
Demikian menurut H.L. Petri (Petri, Herbet L, 1986: 3).
Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam pembelajaran. Sebagai tujuan,
motivasi merupakan salah satu tujuan dalam mengajar. Guru berharap bahwa siswa
tertarik dalam kegiatan intelektual dan estetik sampai kegiatan belajar
berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan salah satu faktor seperti halnya
intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang dapat menentukan keberhasilan
belajar siswa dalam bidang pengetahuan, nilai-nilai, dan keterampilan.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan minat. Siswa yang
memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu cenderung tertarik
perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk mempelajari bidang
studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dianggap
penting dalan, kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut akan mengubah
tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan pelajaran yang
disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tridak bertentangan
dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Sikap siswa, seperti haInya motif menimbulkan dan
mengarahkan aktivitasnya. Siswa yang menyukai matematika akan merasa senang
belajar matematika dan terdorong untulk belajar lebih giat, demikian pula
sebaliknya. Karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa menanamkan sikap
positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya.
Insentif, suatu hadiah yang diharapkan diperoleh sudah
melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motif. Hal ini merupakan dasar teori
belajar B.F. Skinner dengan operant conditioning-nya’ (Hal ini dibkarakan lebih
lanjut dalam prinsip balikan dan penguatan).
Motivasi dapat bersifat internal, artinya datang dari
dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang dari orang
lain, dari guru, orang tua, teman dan sebagainya.
Motivasi juga dibedakan atas motif intrinsik dan motif
ekstrinsik. Motif intrinsik adalah tenaga pendorong yang sesuai dengan
perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh, seorang siswa yang dengan
sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah karena ingin memiliki
pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan motif ekstrinsik adalah tenaga
pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya tetapi menjadi
penyertaanya. Sebagai contoh, siswa belajar sungguh-sungguh bukan disebabkan
ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya tetapi didorong oleh keinginan
naik kelas atau mendapat ijazah. Naik kelas dan mendapat ijazah adalah penyerta
dari keberhasilan belajar.
Perhatian erat sekali kaitannya dengan
motivasi bahkan tidak dapat dipisahkan. Perhatian ialah pemusatan energi psikis
(fikiran dan perasaan) terhadap suatu objek. Makin terpusat perhatian pada
pelajaran, proses belajar makin baik dan hasilnya akan makin haik pula. Oleh
karena itu guru harus selalu berusaha supaya perhatian siswa terpusat pada
pelajaran. Memunculkan perhatian seseorang pada suatu objek dapat diakibatkan
oleh dua hal.
Pertama, orang itu merasa bahwa objek
tersebut mempunyai kaitan dengan dirinya umpamanya dengan kebutuhan, cita cita,
pengalaman, bakat, minat.
Kedua, Objek itu sendiri dipandang
memiliki sesuatu yang lain dari yang lain, atau yang lain dari yang biasa, lain
dari yang pada umumnya muncul.
Perhatikan
contoh kasus dibawah ini :
a.
Rukiah, salah seorang siswa disuatu
sekolah dasar sangat tertarik dengan penjelasan ibu gurunya tentang perpindahan
penduduk. sehingga ia sungguh-sungguh memperhatikan pelajaran tersebut, karena
ia pernah dibawa orang tuanya bertransmigrasi.
- Sekelompok siswa disuatu sekolah dasar pada sutu
waku mengikuti pelajaran dengan penuh perhatian karena guru mengajarkan
pelajaran tersebut dengan menggunakan alat peraga yang sebelumnya guru
tersebut belum pernah melakukannya.
- Sekelompok siswa sedang asyik mengerjakan tugas
kelompok, dalam pelajaran IPA. Kelihatannya mereka sangat sungguh-sungguh
menerjakan tugas tersebut. Biasanya mereka belajar cukup mendengarkan
ceramah dari guru.
Ketiga contoh diatas menggambarkan siswa yang belajar dengan
penuh perhatian akan tetapi penyebabnya berbeda.
Contoh pertama, Rukiah belajar dengan penuh
perhatian. Karena pelajaran tersebut memiliki kaitan dengan pengalamannya.
Pelajaran tersebut ada kaitan dengan diri siswa.
Pada contoh kedua, siswa belajar dengan penuh
perhatian, karena guru mengajar dengan menggunakan alat peraga, (cara guru
mengajar lain dan kebiasaannya),
Demikian pula contoh ketiga, siswa belajar dengan
penuh perhatian Karena guru menggunakan metode yang bervariasi tidak hanya
ceramah).
Dari uraian dan contoh diatas dapat disimpulkan, bahwa :
1) Belajar
dengan pernah perhatian pada pelajaran yang sedang dipelajari, proses dan
hasilnya akan lebih baik.
2) Upaya
guru memumbuhkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dapat
dilakukan dengan berbagai cara, antara lain:
a. Mengaitkan
pelajaran dengan pengalaman, kebutuhan, cita-cita, bakat atau minat siswa.
b. Menciptakan
situasi pembelajaran yang tidak monoton. Umpamanya penggunaan metode mengajar
yang bervariasi, penggunaan media, tempat belajar tidak terpaku hanya didalam
kelas saja.
2.
Keaktifan Belajar
Kecendrungan psikologi dewasa ini menganggap bahwa anak
adalah makhluk yang aktif. Anak mempunyai dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai
kemampuan dan aspirasi sendiri. Belajar tidak bisa dipaksakan oleh orang lain
dan juga tidak bisa dilimpahkan kepada orang lain. Belajar hanya mungkin
terjadi apabila anak aktif mengalami sendri.
Mon Dewey misalnya mengemukakan, bahwa belajar adalah
menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirmya sendiri. maka inisiatif
harus datang dari siswa sendiri. Guru sekedar pembimbing dan pengarah (John
Dewy 1916. dalam Dak ks, 1937:3 1).
Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan.
Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah
kita amati sampai kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik bisa
berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih keterampilan-keterampilan, dan
sebagainya. Contoh kegiatan psikis misaInya menggunakan khasanah pengetahuan
yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep
dengan yang lain, menyimpulkan basil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.
Seperti yang telah dibahas di depan bahwa belajar iu sendiri
adalah akivitas, yaitu aktivitas mental dan emosional. Bila ada siswa yang duduk di kelas pada saat
pelajaran berlangsung, akan tetapi mental emosionalnya tidak terlibat akif didalam
situasi pembelajaran itu, Pada hakikamya siswa tersebut tidak ikut belajar.
Oleh karena itu guru jangan sekali-kali membiarkan ada siswa
yang tidak ikut aktif belajar. Lebih jauh dari sekedar mengaktifkan siswa
belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar aktifitas belajar tersebut.
Kegiatan mendengarkan penjelasan guru, sudah menunjukkan
adanya aktivitas belajar. Akan tetapi barangkali kadarnya perlu ditingkinkan
dengan metode mengajar lain.
Sekali untuk memantapkan pemahaman anda tentang upaya
meningkatkan kadar aktivitas belajar siswa, coba anda tetapkan salah satu pokok
bahasan dari salah satu mata pelajaran yang biasa diajarkan. Silahkan anda
rancang kegiatan-kegiatan belajar yang bagaimana yang harus siswa anda
lakukan, supaya kadar aktivitas belajair mereka relatif tinggi.
Bila sudah selesai anda kerjakan, silahkan diskusikan dengan
guru lain disekolah anda atau guru sesama peserta program.
3. Keterlibatan
Langsung Dalam Belajar
Di muka telah dibkarakan bahwa belajar haruslah dilakukan
sendiri oleh siswa yang, belajar adalah mengalami, belajar tidak bisa
dilimpahkan kepada orang lain. Edgar Dale dalam penggolongan pengalaman belajar
yang dituangkan dalam kerueut pengalamannya mengemukakan bahwa belajar yang
paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung. Dalam belajar melalui
pengalaman langsung siswa tidak sekadar mengamati secara langsung tetapi ia
harus menghayati, terlibat langsung dalam perbuatan, dan bertanggung jawab
tehadap hasilnya. Sebagai contoh seseorang yang belajar membuat tempe, yang
paling baik apabila ia terlihat secara langsng dalam perbuatan (direct
performance), bukan sekadar melihat bagaimana orang menikmati tempe
(demonstrating), apalagi sekadar mendengar orang bercerita bagaimana cara
pembuatan tempe (telling).
Pentingnya ketelibatan langsung dalam belajar dikemukakan
oleh John Dewey dengan “leaming by doing”-nya. Belajar sebaiknya dialami
melalui perbuatan langsung. Belajar harus dilakukan oleh siswa secara aktif,
baik individual maupun kelompok, dengan cara memecahkan masalah (prolem
solving). Guru bertindak sebagai pembimbing dan fasilitator.
Keterlibatan siswa di dalam belajar jangan diartikan
keterlibatan fisik semata, namun lebih dari itu terutama adalah keterlibatan
mental emosional, keterlibatan dengan kegiatan kognitif dalam pencapaian dan
perolehan pengetahuan, dalam penghayatan dan intemalisasi nilai-nilai dalam
pembentukan sikap dan nilat, dan juga pada saat mengadakan latihan-latihan
dalam pembentukan keterampilan.
4.
Pengulangan Belajar
Prinsip belajar yang menekankan perlunya pengulangan yang
dikemukakan oleh teori Psikologi Dava. Menurut teori ini belajar adalah melatih
daya-daya yang ada pada manusia yang terdiri atas daya mengamat, menanggap,
mengingat. mengkhayal, merasakan. berpikir. dan sebagainya. Dengan mengadakan
pengulangan maka dasya-daya tersebut akan berkembang. Seperti hainya pisau yang
selalu diasah akan menjadi tajam, maka daya-daya yang dilatih dengan pengadaan
pengulangan-pengulangan akan menjadi sempuma.
Banyak tingkah laku manusia yang terjadi karena kondisi,
misalnya siswa berbaris masuk ke kelas karena mendengar bunyi lonceng, kendaraan berhenti ketika lampu Ialu lintas
berwarna merah. Menurut teori ini perilaku individu dapat dikondisikan, dan
belajar merupakan upaya untuk mengkondisikan suatu perilaku atau respons
terhadap sesuatu. Mengajar adalah membentuk kebiasaan, mengulang-ulang sesuatu
perbuatan sehingga menjadi suatu kebiasaan dan pembiasaan tidak perlu selalu
oleh stimulus yang sesungguhnya, tetapi dapat juga oleh stimulus penyerta.
5.
Sifat Merangsang Dan Menantang Dari
Materi Yang Dipelaiari
Teori Medan (Field Theory) dari Kurt Lewin mengemukakan
bahwa dalam, situasi belajar berada dalam suatu medan atau lapangan psikologis.
Dalam situasi belajar siswa menghadapi suatu tujuan yang ingin dicapai, tetapi
selalu terdapat hambatan yang mempelajari bahan belajar, maka timbullah motif
untuk mengatasi hambatan itu yaitu dengan mempelajari bahasa belajar tersebut.
Apabila hambatan itu telah diatasi, artinya tujuan belajar telah tercapai, maka
ia akan masuk dalam medan baru dan tujuan baru, demikian seterusnya. Agar pada
anak timbul motif yang kuat untuk mengatasi hambatan dengan baik maka bahan belajar
haruslah menantang. Tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar haruslah
menantang.tantangan yang dihadapi dalam bahan belajar membuat siswa bergairah
untuk mengatasinya. Bahan belajar yang baru, yang banyak mengandung masalah
yang perlu dipecahkan membuat siswa tertantang untuk mempelajarinya. Pelajaran
yang memberi kesempatan pada siswa untuk menerimakan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, dan generalisasi akan menyebabkan siswa berusaha mencari dan menemukan konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan
generalisasi tersebut.
6.
Pemberian Balikan Atau Umpan Balik
Dan Penguatan Belajar
Prinsip belajar yang berkaitan dengan balikan dan penguatan
terutama ditekankan oleh teori belajar operant Conditioning dari B.F. Skinner.
Kalau pada teori conditioning yang diberi kondisin adalah stimulusnya, maka
pada operant conditioning yang diperkuat adalah responsnya. Kunci dari teori
belajar im adalah law of effect – nya Thomdike. Siswa akan belajar lebih
bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang haik. Hasil, apalagi
hasil yang baik, akan merupakan balikan yang menyenangkan dan berpengarub baik
bagi usaha belajar selanjutnya. Namum dorongan belajar itu menurut B.E Skinner
tidak saja oleh penguatan yang menyenangkan tetapi juga ada yang tidak
menyenangkan. Atau dengan kata lain penguatan positif maupun negatif dapat
memperkuat belajar (gage dan Berliner, 1984: 272).
Siswa belajar sungguh-sungguh dan mendapatkan nilai yang
baik dalam ulangan. Nilai yamg baik itu mendorong anak untuk belajar lebih giat
lagi. Nilai yang baik dapat merupakan operant conditioning atau penguatan
positif. Sebaliknya anak yang mendapatkan nilai yang jelek pada waktu ulangan
akan merasa takut tidak naik kelas, karena takut tidak naik kelas ia terdorong
tuk belajar lebih giat. Di sini nilai buruk dan dan rasa takut lidak naik kelas
juga bisa mendorong anak untuk belajar lebih giat. Inilah yang disebut
penguatan negatif. Di sini siswa mencoba menghindar dari peristiwa yang tidak
menyenangkan, maka penguatanatan negatif juga disebut escape conditioning,
Format sajian berupa tanya jawab, diskusi, eksperimen, metode penemuan, dan
sebagainya merupakan cara belajar-mengajar yang memungkinkan terjadinya balikan
dan penguatan. Balikan yang segera diperoleh siswa setelah belajar melalui
penggunaan metode-metode ini akan membuat siswa terdorong untuk belajar lebih
giat dan bersemangat.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Prinsip belajar adalah landasan berpikir, landasan berpijak,
dan sumber motivasi agar proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik
antara pendidik dengan peserta didik. Prinsip ini dijadikan sebagai dasar dalam
upaya pembelajaran, baik bagi siswa maupaun bagi guru dalam upaya mencapai
hasil yang diinginkan.
Berikut
ini prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Rothwal A.B. (1961) adalah :
1. Prinsip Kesiapan (Readinees)
2. Prinsip Motivasi (Motivation)
3. Prinsip Persepsi
4. Prinsip Tujuan
5. Prinsip Perbedaan Individual
6. Prinsip Transfer dan Retensi
7. Prinsip Belajar Kognitif
8. Prinsip Belajar Afektif
9. Prinsip Belajar Evaluasi
10. Prinsip Belajar Psikomotor
Prinsip –
Prinsip Belajar Menurut Rochman Nata Wijaya dkk
1. Prinsip efek kepuasan
( law of effect )
2. Prinsip pengulangan (
law of exercise )
3. Prinsip kesiapan (
law of readiness )
4. Prinsip kesan pertama
( law of primacy )
5. Prinsip makna yang
dalam ( law of intensity )
6. Prinsip bahan baru (
law of recentcy )
7. Prinsip gabungan (
perluasan dari prinsip efek kepuasan dan prinsip pengulangan )
DAFTAR PUSTAKA
Dikutip
dari: http://aggilnet.blogspot.com/2011/03/makalah-hakikat-belajar-dan.html
(minggu 1 Juli 2012)
Dimyati,
Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta, 2006.
Paulina,
Panen, Belajar dan Pembelajaran, Jakarta : UT, 2003.
http://matakuliahbelajardanpembelajaran.blogspot.com/2012/10/makalah-prinsip-prinsip-belajar-dan_7842.html (dikutip oktober 2013)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar