Sabtu, 26 Oktober 2013

Penggunaan tanda baca

BAB I
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini akan dibahas masalah penggunaan tanda baca dalam kalimat berbahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa Indonesia dengan baik dan benar sangat diperlukan oleh para mahasiswa dalam rangka penulisan makalah atau skripsi, maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas masalah tanda baca dalam penulisan ejaan berbahasa Indonesia.
Rumusan masalah:
1.     Penggunaan tanda baca titik
2.     Penggunaan tanda baca koma
3.     Penggunaan tanada baca  titik dua
4.     Penggunaan tanda baca titik koma
5.     Penggunaan tanda baca Tanya
6.     Penggunaan tanda baca seru
7.     Penggunaan tanda baca petik tunggal
8.     Penggunaan tanda baca petik ganda
Tujuan Masalah
1.      Agar mengetahui  bagaimana mahasiswa dalam penngunaan tanda petik yang benar
2.      Agar kalimat dalam bahsasa Indonesia lebih jelas dan mudah dipahami
3.      Untuk lebih memperjelas kata perkata dalam kalimat berbahasa Indonesia
Semoga makalah ini bermanfaat di dalam rangka pembinaan bahasa khsusunya dalam masalah penggunaan tanda baca da;lam ejaan  bahasa Indonesia, terutama dikalangan perguruan tinngi. Amin.
   
BAB II
PEMBAHASAN
A.    PemakaianTanda Baca
Pemakaian tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia yang
disempurnakan mencakup pengaturan(1) tanda titik, (2) tanda koma, (3) tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda tanya, (6) tanda seru, (7) tanda petik tunggal, (8) tanda petik ganda.
1.      Tanda Titik
a.       Tanda titik dipakai pada akhiran singkatan nama orang. Misalnya:
1)      Abdul Hadi W.M
2)      W.S. Rendra
3)      Hadi N.
b.      Tanda titik dipakai pada singka tangelar, jabatan, pangkat dan sapaan. Misalnya:
1)      Dr. (doktor)
2)      S. Ked. (sarjanakedokteran)
3)      Kol. (kolonel)
4)      Sdr. (saudara)
c.       Tanda titik dipakai pada singkatan kata atau ungkapan yang sudah umum, yang ditulis dengan huruf kecil. Singkatan yang terdiri atas dua huruf diberidua buah tanda titik, sedangkan singkatan yang terdiri atas tiga buah huruf atau lebih hanya diberisatu buah tanda titik. Misalnya:
1)      s.d. (sampaidengan)
2)      a.n (atasnama)
3)      dkk. (dankawan-kawan)
4)      tsb. (tersebut)
d.      Tanda titik digunakan pada angka yang menyatkan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya. Misalnya:
1)      Tebal buku itu 1.150 halaman.
2)      Jarak dari desa ke kota itu 30.000 meter.
e.       Tanda titik tidak digunakan pada singakatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata dan pada singkatan yang dieja seperti kata ( akronim ). Misalnya:
1)      DPR
2)      SMA Negeri XX
3)      Sekjen Depdikbud
4)      Tilang
5)      radar
f.       Tanda titik tidak digunakan di belakang singkatan lambang kimia, satuan ukur, takaran, timbangan dan mata uang. Misalnya:
1)      Lambang Cu adalah lambang kuprum.
2)      Seorang pialang membeli 10 kg emas batangan.
g.      Tanda titik tidak digunakan dibelakang judul  yang  merupakan kepala karangan, kepala ilustrasi tabel, dan sebagainya.Misalnya:
1)      Acara Kunjungan Menteri Kesra Abu Rizalbakri
2)      Bentuk dan Kedaulatan (Bab I, UUD 1945)
3)      Azab dan Sengsara
4)      Wanita Indonesia di pentas Sejarah
h.      Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat pengirim dan tanggal surat serta di belakang nama dan alamat penerima surat. Misalnya:
1)      Jalan Harapan III / AB 19
2)      Jakarta, 10 Agustus 1998

2.      Tanda Koma
Ada kaidah yang mengatur kapan tanda koma digunakan dan kapan tanda koma tidak digunakan.
a.       Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Misalnya:
1)      Saya menerima hadiah dari Paman berupa jam tangan, raket, dan sepatu.
2)      Departemen Pariwisata, Seni, dan Budaya.

Catatan
Jika penghubung itu hanya terdiri atas dua usur, sebelum kata dan tidak dibubuhi tanda koma. Akan tetapi, jika penggabungannya terdiri lebih dari dua unsur, diantara unsur-unsurnya ada koma, sebelum unsure terakhir dibubuhkan kata dan.
b.      Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya:
1)      Dia bukan mahasiswa Jayabaya, melainkan mahasiswa Atmajaya.
2)      Saya bersedia membantu, tetapi kau kerjakan dahulu tugas itu.
c.       Tanda koma harus digunakan untu memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Biasanya, anak kalimat didahului oleh kata penghubung bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun, apabila, jika, meskipun, dan sebagainya. Misalnya:
1)      Apabila belajar sunggu-sungguh, Saudara akan berhasil dalam ujian.
2)      Karena harus ditandatangani oleh Gubernur, surat itu ditulis di atas kertas berkepala surat resmi.
d.      Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk didalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, namun, meskipun demikian, dalam hubungan itu, sementara itu, sehubungan dengan itu, dalam pada itu, oleh sebab itu, sebaliknya, selanjutnya, pertama, kedua, misalnya, sebenarnya, bahkan, selain itu, kalau begitu, kemudian, malah, padahal, dan sebagainya. Misalnya:
1)      Oleh karena itu, kita harus menghormati pendapatnya.
2)      Jadi, hak asasi di Indonesia sudah benar-benar dilindungi.
e.       Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
1)      Kasihan, dia harus mengikuti lagi ujian akhir semester I tahun depan.
2)      O, kalau begitu saya setuju.

f.       Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat. Misalnya:
1)      “Saya sedih sekali,’’ kata Paman, “karena kamu tidak lulus.’’
2)      Kata petugas, “Kamu harus berhati-hati dijalan raya.’’
g.      Tanda koma digunakan di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian alamat,(3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis, berurutan. Misalnya:
1)      Anak saya megikuti kuliah di Jurusan Perbankan sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi      
     Perbanas, kuningan, Jakarta Selatan.
2)       Bandung, 10 April 2008
h.      Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka. Misalnya:
1)      Badudu, Yus. 1980. Membina Bahasa Indonesia Baku. Seri 1, Bandung: Pustaka
    Prima.
2)      Tjiptadi, Bambang. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Cetakan II. Jakarta: Yudhistira.
i.        Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama keluarga atau marga. Misalnya:
1)      A. Ansori, S.H.
2)      Ny. Maimunah, M.A.
j.        Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan aposisi. Misalnya:
1)      Seorang Warga, Selalu Wakil RT 02, mengemukakan pendapatnya.
2)      Di daerah kami, misalnya, masih banyak warga yang buta huruf.
k.      Tanda koma tidak boleh digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Misalnya:
1)      Menteri mengatakan bahwa pembangunan harus dilanjutkan
                       IK                                                         AK
2)      Semua orang akan berhasil dalam hidup jika bekerja keras
IK                                                        AK

3.      Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu kalimat majemuk sebagai  pengganti kata penghubung. Misalnya:
Para pemikir mengatur srtategi dan langkah yang harus di tempuh;  para pelaksana mengerjakan tugas sebaik-baiknya; para penyandang dana menyediakan biaya yang di perlukan.

4.      Tanda Titik Dua ( : )
a.       Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti rangkaian atau pemerian. Misalnya:
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai tiga jurusan: Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.
b.      Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan pelengkapan yang mengakhiri pernyataan. Misalnya:
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai Sekolah Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.

5.      Tanda Tanya ( ? )
a.       Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
1)      Kapan ia berangkat?
2)      Saudara tahu, bukan?
3)      Andi sudah datang?
b. Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau kurang dibuktikan kebenarannya.
Misalnya:
1)      Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
2)      Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?) hilang.
3)      Dia mengklaim bahwa proyek yang nilainya milyaran rupiah ( ? ) itu berawal dari idenya.


6.       Tanda Seru (!)
a.       Tanda seru dipakai pada akhir kalimat perintah.
Misalnya:
1)      Bersihkan kamar itu sekarang juga!
2)      Jangan berisik!
b.      Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan kesungguhan, ketidak percayaan, ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat. Misalnya:
1)      Alangkah seramnya peristiwa itu!
2)      Indah sekali pemandangan alam ini!
                                              
7.      Tanda Petik Tunggal ( ‘ ... ‘ )
a.       Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan  atau penjelasan kata ungkapan asing, Misalnya:
1)      Lailatul Qadar ‘malam bernilai’
2)      Global  warning ‘pemanasan global’
3)      Terikan-teriakan binatang dan orang primitif oleh Wund disebut LAUTGEBARDEN            ‘ gerak-gerak bunyi’
b.      Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan.
Misalnya:
1)      Ayu bertanya, “ Bisakah kau memalingkan muka dari anak kecil yang berteriak parau,      ‘ tolong’, sekalipun kau sedang terburu-buru?”
2)      Anton berkata, “ Tiba-tiba saya mendengar suara menegur seseorang ‘ Siapa kamu?’ “ atau Anton berkata, “ Tiba-tiba saya mendengar suara menegur seseorang “ Siapa kamu?” ‘

8.      Tanda Petik Ganda ( “ ... “ )
a.       Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung, judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal. Misalnya:
1)      Kata Hasan, “Saya ikut.”
2)      Sajak “ Aku”  karangan Chairil Anwar.
3)      Ia memakai celana “ cutbrai”.
b.      Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama tinggi disebelah atas baris. Misalnya:
1)      “ Sudah berangkat ?” tanya Halimah.
2)      “ Belum, masih makan,” jawab Siti, “ tunngu saja !
c.       Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya;
1)      Kata Budi, “ Saya sudah membayar kemarin sore.”
d.      Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya:
1)      Penemu “ vaksin polio “ telah mendapat penghargaan berupa hadiah Nobel.
2)      Budi memakai celana yang dengan nama “ pantolan “.
e.       Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus. Misalnya:
1)      Karena gemuknya, anjingku kuberi nama “ Si Gendut ”.
2)      Gajah Mada seorang “ mahapatih “ pada masa kerajaan Majapahit.

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam berbahasa Indonesia kita sangat memerlukan panduan yang baik, salah satunya dalam penggunaan tanda baca dalam kalimat berbahsa Indonesia,agar kalimat tersebut lebih jelas dan mudah dipahami, maka dari itu dibutlah makalah ini untuk member pedoman dalam penngunaan tanda baca dalam ejaan berbahasa Indonesia, hususnya bagi para mahasiswa perguruan tingi.
Tanda baca terbagi dari beberapa bagian, diantaranya tanda baca titik (.), tanda baca koma (, ), tanda baca titik dua ( ; ), tanda baca titik koma ( ; ), tanda baca Tanya ( ? ), tanda baca seru ( ! ), tanda baca petik tunngal (‘ ..’), dan tanda baca titik ganda (“…” ).
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan,semoga dapat memberikan manfaat bagi pembacanya, hususnya dalam penggunaan tanda baca dalam ejaan berbahasa Indonesia.










DAFTAR PUSTAKA
·         Arifin Zainal, E, Tasai Amran, S, Cermat Berbahasa Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo, 2010.
·         Pamungkas, Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, Surabaya: Giri Surya, 1972
·         Permata Anbiya,Fatya, Panduan EYD dan Tata Bahasa Indonesia, Jakarta: Transmedia, 2010
·         Effendi,S, Panduan Berbahasa Indonesia, Jakarta: Dunia Pustaka Jaya, 1995




Tidak ada komentar:

Posting Komentar