BAB I
PENDAHULUAN
Dalam makalah ini akan dibahas masalah penggunaan
tanda baca dalam kalimat berbahasa Indonesia. Kemampuan berbahasa Indonesia
dengan baik dan benar sangat diperlukan oleh para mahasiswa dalam rangka
penulisan makalah atau skripsi, maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas masalah
tanda baca dalam penulisan ejaan berbahasa Indonesia.
Rumusan
masalah:
1.
Penggunaan
tanda baca titik
2.
Penggunaan
tanda baca koma
3.
Penggunaan
tanada baca titik dua
4.
Penggunaan
tanda baca titik koma
5.
Penggunaan
tanda baca Tanya
6.
Penggunaan
tanda baca seru
7.
Penggunaan
tanda baca petik tunggal
8.
Penggunaan
tanda baca petik ganda
Tujuan
Masalah
1. Agar mengetahui bagaimana mahasiswa dalam penngunaan tanda
petik yang benar
2. Agar kalimat dalam bahsasa Indonesia
lebih jelas dan mudah dipahami
3. Untuk lebih memperjelas kata perkata
dalam kalimat berbahasa Indonesia
Semoga makalah ini bermanfaat di dalam rangka
pembinaan bahasa khsusunya dalam masalah penggunaan tanda baca da;lam ejaan bahasa Indonesia, terutama dikalangan
perguruan tinngi. Amin.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PemakaianTanda Baca
Pemakaian tanda baca dalam ejaan Bahasa Indonesia
yang
disempurnakan mencakup pengaturan(1) tanda titik, (2) tanda koma, (3)
tanda titik koma, (4) tanda titik dua, (5) tanda tanya, (6) tanda seru, (7)
tanda petik tunggal, (8) tanda petik ganda.
1.
Tanda Titik
a. Tanda titik dipakai pada akhiran singkatan
nama orang. Misalnya:
1) Abdul Hadi W.M
2) W.S. Rendra
3) Hadi N.
b. Tanda titik dipakai pada singka tangelar,
jabatan, pangkat dan sapaan. Misalnya:
1) Dr. (doktor)
2) S. Ked. (sarjanakedokteran)
3) Kol. (kolonel)
4) Sdr. (saudara)
c. Tanda titik dipakai pada singkatan kata
atau ungkapan yang sudah umum, yang ditulis dengan huruf kecil. Singkatan yang
terdiri atas dua huruf diberidua buah tanda titik, sedangkan singkatan yang terdiri
atas tiga buah huruf atau lebih hanya diberisatu buah tanda titik. Misalnya:
1) s.d. (sampaidengan)
2) a.n (atasnama)
3) dkk. (dankawan-kawan)
4) tsb. (tersebut)
d. Tanda titik digunakan pada angka yang
menyatkan jumlah untuk memisahkan ribuan, jutaan, dan seterusnya. Misalnya:
1) Tebal buku itu 1.150 halaman.
2) Jarak dari desa ke kota itu 30.000 meter.
e. Tanda titik tidak digunakan pada
singakatan yang terdiri atas huruf-huruf awal kata atau suku kata dan pada
singkatan yang dieja seperti kata ( akronim ). Misalnya:
1) DPR
2) SMA Negeri XX
3) Sekjen Depdikbud
4) Tilang
5) radar
f. Tanda titik tidak digunakan di belakang singkatan
lambang kimia, satuan ukur, takaran, timbangan dan mata uang. Misalnya:
1) Lambang Cu adalah lambang kuprum.
2) Seorang pialang membeli 10 kg emas batangan.
g. Tanda titik tidak digunakan dibelakang judul
yang merupakan kepala karangan, kepala ilustrasi tabel,
dan sebagainya.Misalnya:
1) Acara Kunjungan Menteri Kesra Abu
Rizalbakri
2) Bentuk dan Kedaulatan (Bab I, UUD 1945)
3) Azab dan Sengsara
4) Wanita Indonesia di pentas Sejarah
h. Tanda titik tidak digunakan di belakang alamat
pengirim dan tanggal surat serta di belakang nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
1) Jalan Harapan III / AB 19
2) Jakarta, 10 Agustus 1998
2.
Tanda Koma
Ada kaidah yang
mengatur kapan tanda koma digunakan dan kapan tanda koma tidak digunakan.
a. Tanda koma harus digunakan di antara unsur-unsur
dalam suatu pemerincian atau pembilangan. Misalnya:
1) Saya menerima hadiah dari Paman berupa
jam tangan, raket, dan sepatu.
2) Departemen Pariwisata, Seni, dan Budaya.
Catatan
Jika penghubung itu hanya terdiri atas dua usur,
sebelum kata dan tidak dibubuhi tanda
koma. Akan tetapi, jika penggabungannya terdiri lebih dari dua unsur, diantara
unsur-unsurnya ada koma, sebelum unsure terakhir dibubuhkan kata dan.
b. Tanda koma harus digunakan untuk memisahkan
kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh
kata tetapi, melainkan, dan sedangkan. Misalnya:
1)
Dia bukan mahasiswa Jayabaya, melainkan mahasiswa Atmajaya.
2)
Saya bersedia membantu, tetapi kau kerjakan dahulu tugas itu.
c.
Tanda koma harus digunakan untu memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
apabila anak kalimat tersebut mendahului induk kalimatnya. Biasanya, anak
kalimat didahului oleh kata penghubung bahwa, karena, agar, sehingga, walaupun,
apabila, jika, meskipun, dan sebagainya. Misalnya:
1)
Apabila belajar sunggu-sungguh, Saudara akan berhasil dalam ujian.
2)
Karena harus ditandatangani oleh Gubernur, surat itu ditulis di atas kertas
berkepala surat resmi.
d.
Tanda koma harus digunakan di belakang kata atau ungkapan penghubung antar
kalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk didalamnya oleh karena itu,
jadi, lagi pula, meskipun begitu, akan tetapi, namun, meskipun demikian, dalam
hubungan itu, sementara itu, sehubungan dengan itu, dalam pada itu, oleh sebab
itu, sebaliknya, selanjutnya, pertama, kedua, misalnya, sebenarnya, bahkan,
selain itu, kalau begitu, kemudian, malah, padahal, dan sebagainya. Misalnya:
1)
Oleh karena itu, kita harus menghormati pendapatnya.
2)
Jadi, hak asasi di Indonesia sudah benar-benar dilindungi.
e.
Tanda koma harus digunakan di belakang kata-kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan, yang terdapat pada awal kalimat. Misalnya:
1)
Kasihan, dia harus mengikuti lagi ujian akhir semester I tahun depan.
2)
O, kalau begitu saya setuju.
f.
Tanda koma digunakan untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dalam kalimat. Misalnya:
1)
“Saya sedih sekali,’’ kata Paman, “karena kamu tidak lulus.’’
2)
Kata petugas, “Kamu harus berhati-hati dijalan raya.’’
g.
Tanda koma digunakan di antara (1) nama dan alamat, (2) bagian-bagian
alamat,(3) tempat dan tanggal, dan (4) nama tempat dan wilayah atau negeri yang
ditulis, berurutan. Misalnya:
1)
Anak saya megikuti kuliah di Jurusan Perbankan sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi
Perbanas, kuningan, Jakarta Selatan.
2) Bandung, 10 April
2008
h.
Tanda koma digunakan untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya
dalam daftar pustaka. Misalnya:
1)
Badudu, Yus. 1980. Membina Bahasa Indonesia Baku. Seri 1, Bandung: Pustaka
Prima.
2)
Tjiptadi, Bambang. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Cetakan II. Jakarta:
Yudhistira.
i.
Tanda koma digunakan di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakan dari singkatan nama keluarga atau marga.
Misalnya:
1)
A. Ansori, S.H.
2)
Ny. Maimunah, M.A.
j.
Tanda koma digunakan untuk mengapit keterangan tambahan dan keterangan
aposisi. Misalnya:
1)
Seorang Warga, Selalu Wakil RT 02, mengemukakan pendapatnya.
2)
Di daerah kami, misalnya, masih banyak warga yang buta huruf.
k.
Tanda koma tidak boleh digunakan untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat apabila anak kalimat tersebut mengiringi induk kalimat. Misalnya:
1)
Menteri mengatakan bahwa pembangunan harus dilanjutkan
IK AK
2)
Semua orang akan berhasil dalam hidup jika bekerja keras
IK AK
3.
Tanda Titik Koma ( ; )
Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam suatu
kalimat majemuk sebagai pengganti kata
penghubung. Misalnya:
Para
pemikir mengatur srtategi dan langkah yang harus di tempuh; para pelaksana mengerjakan tugas sebaik-baiknya;
para penyandang dana menyediakan biaya yang di perlukan.
4.
Tanda Titik Dua ( : )
a.
Tanda titik dua dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap bila diikuti
rangkaian atau pemerian. Misalnya:
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai tiga jurusan: Sekolah
Tinggi Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.
b.
Tanda titik dua tidak dipakai kalau rangkaian atau pemerian itu merupakan
pelengkapan yang mengakhiri pernyataan. Misalnya:
Perguruan Tinggi Nusantara mempunyai Sekolah Tinggi
Teknik, Sekolah Tinggi Ekonomi, dan Sekolah Tinggi Hukum.
5.
Tanda Tanya ( ? )
a. Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat
tanya.
Misalnya:
1) Kapan ia berangkat?
2) Saudara tahu, bukan?
3) Andi sudah datang?
b. Tanda tanya dipakai di dalam kurung untuk
menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan atau kurang dibuktikan
kebenarannya.
Misalnya:
1) Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
2) Uangnya sebanyak 10 juta rupiah (?)
hilang.
3) Dia mengklaim bahwa proyek yang nilainya
milyaran rupiah ( ? ) itu berawal dari idenya.
6. Tanda Seru (!)
a. Tanda seru dipakai pada akhir kalimat
perintah.
Misalnya:
1) Bersihkan kamar itu sekarang juga!
2)
Jangan
berisik!
b. Tanda seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan
yang menggambarkan kesungguhan, ketidak percayaan, ketakjuban, ataupun rasa
emosi yang kuat. Misalnya:
1) Alangkah seramnya peristiwa itu!
2) Indah sekali pemandangan alam ini!
7.
Tanda Petik Tunggal ( ‘ ... ‘ )
a.
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan atau penjelasan kata ungkapan asing, Misalnya:
1)
Lailatul Qadar ‘malam bernilai’
2)
Global warning ‘pemanasan global’
3)
Terikan-teriakan
binatang dan orang primitif oleh Wund disebut LAUTGEBARDEN ‘ gerak-gerak bunyi’
b. Tanda petik tunggal mengapit petikan
yang tersusun di dalam petikan.
Misalnya:
1) Ayu bertanya, “ Bisakah kau memalingkan
muka dari anak kecil yang berteriak parau,
‘ tolong’, sekalipun kau sedang terburu-buru?”
2) Anton berkata, “ Tiba-tiba saya
mendengar suara menegur seseorang ‘ Siapa kamu?’ “ atau Anton berkata, “
Tiba-tiba saya mendengar suara menegur seseorang “ Siapa kamu?” ‘
8.
Tanda Petik Ganda ( “ ... “ )
a. Tanda petik dipakai untuk mengapit petikan langsung,
judul syair, karangan, istilah yang mempunyai arti khusus atau kurang dikenal. Misalnya:
1)
Kata Hasan, “Saya ikut.”
2)
Sajak
“ Aku” karangan Chairil Anwar.
3) Ia memakai celana “ cutbrai”.
b. Tanda petik mengapit petikan langsung
yang berasal dari pembicaraan, naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang
tanda petik itu ditulis sama tinggi disebelah atas baris. Misalnya:
1) “ Sudah berangkat ?” tanya Halimah.
2) “ Belum, masih makan,” jawab Siti, “
tunngu saja !
c. Tanda petik penutup mengikuti tanda baca
yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya;
1) Kata Budi, “ Saya sudah membayar kemarin
sore.”
d. Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang
masih kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus. Misalnya:
1) Penemu “ vaksin polio “ telah mendapat
penghargaan berupa hadiah Nobel.
2) Budi memakai celana yang dengan nama “
pantolan “.
e. Tanda baca penutup kalimat atau bagian
kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang
dipakai dengan arti khusus. Misalnya:
1) Karena gemuknya, anjingku kuberi nama “
Si Gendut ”.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam berbahasa Indonesia kita sangat memerlukan
panduan yang baik, salah satunya dalam penggunaan tanda baca dalam kalimat
berbahsa Indonesia,agar kalimat tersebut lebih jelas dan mudah dipahami, maka
dari itu dibutlah makalah ini untuk member pedoman dalam penngunaan tanda baca
dalam ejaan berbahasa Indonesia, hususnya bagi para mahasiswa perguruan tingi.
Tanda baca terbagi dari beberapa bagian, diantaranya
tanda baca titik (.), tanda baca koma (, ), tanda baca titik dua ( ; ), tanda
baca titik koma ( ; ), tanda baca Tanya ( ? ), tanda baca seru ( ! ), tanda baca
petik tunngal (‘ ..’), dan tanda baca titik ganda (“…” ).
Demikianlah makalah yang dapat kami sampaikan,semoga
dapat memberikan manfaat bagi pembacanya, hususnya dalam penggunaan tanda baca
dalam ejaan berbahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
·
Arifin
Zainal, E, Tasai Amran, S, Cermat
Berbahasa Indonesia, Jakarta: Akademika Pressindo, 2010.
·
Pamungkas,
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan, Surabaya: Giri Surya, 1972
·
Permata
Anbiya,Fatya, Panduan EYD dan Tata Bahasa
Indonesia, Jakarta: Transmedia, 2010
·
Effendi,S,
Panduan Berbahasa Indonesia, Jakarta:
Dunia Pustaka Jaya, 1995
Tidak ada komentar:
Posting Komentar